Mata Hari lahir di kota kecil di Belanda, Leeuwarden, pada 7 Agustus 1876 dengan nama Margaretha Geertruida Zelle. Anak sulung dari pasangan Adam Zelle dan Antje van der Meulen. Ayahnya memiliki sebuah toko topi, melakukan investasi yang sukses dalam bisnis minyak, yang memungkinkan Margaretha kecil hidup dalam kenyamanan dan kekayaan.
Setelah kedua orangtuanya bercerai, Margaretha pindah ke Sneek dan tinggal bersama bapak baptisnya, Mr.Visser. Kemudian, dia menjalani pendidikan guru Taman Kanak Kanak di Leiden. Namun, saat Mr.Visser mengetahui Margaretha menjalin affair dengan sang kepala sekolah, dia mengeluarkan Margaretha dari institusi tersebut. Beberapa bulan kemudian, Margaretha meninggalkan ayah baptisnya untuk tinggal bersama pamannya di Den Haag.
Saat usianya 18, Margaretha menikahi Kapten Rudolf MacLeod, seorang perwira militer Belanda. Mengikuti suaminya yang ditugaskan ke wilayah koloni, Margaretha pindah ke pulau Jawa. Di pulau nan eksotis itulah, Margaretha pertama kali mendengar istilah 'Mata Hari'.
Selama 7 tahun pernikahannya, Margaretha menjalani kehidupan kelas atas wanita kolonial. Namun, pernikahannya sendiri berjalan mengecewakan. Suaminya seorang pecandu alkohol dan suka memukuli isterinya yang duapuluh tahun lebih muda. Rudolf juga memiliki gundik, sebuah praktik yang lumrah dilakukan pejabat Belanda di Tanah Koloni.
Pada saat yang sama, Jawa telah memikat hati Margaretha. Dia mempelajari tradisi lokal dan bergabung dengan sanggar tari setempat. Margaretha juga menyadari pesona kecantikannya. Di Jawa dia menjalin sejumlah affair yang menumbuhkan keyakinannya bahwa dengan kecantikan dan pesona rayuan, dia bisa mendapatkan apapun yang dia inginkan.
Pernikahan Margaretha dengan Rudolf MacLeod berakhir dengan perceraian. Mereka berpisah saat kembali ke Amsterdam. Margaretha kemudian mendapatkan dirinya kekurangan uang dan memutuskan untuk menjadi penari eksotis. Tahun 1905, Margaretha pindah ke Paris untuk menari kabaret dengan menggunakan nama panggung Mata Hari. Sensual, menggoda dan memamerkan tubuhnya, Mata Hari sukses dalam debutnya di Musee Guimet pada 13 Maret 1905. Di sisi lain kehidupannya, ia menjadi simpanan milyuner asal Lyon, Emile Etienne Guimet.
Karir menari Mata Hari mulai meredup sejak 1912. Pada 13 Maret 1915, dia menari untuk yang terakhir kalinya, ketika Perang Dunia I mulai membakar Eropa. Untuk mempertahankan hidupnya, Mata Hari menjalin hubungan gelap dengan sejumlah pejabat militer maupun pejabat pemerintahan.
Dalam PD I, Belanda bersikap netral. Sebagai WN Belanda, Mata Hari bebas melintasi perbatasan negara manapun. Tanpa disadari, pergerakannya dipantau oleh intelijen Inggris dan Prancis, mengingat hubungannya yang akrab dengan sejumlah petinggi Eropa.
Mata Hari yang mulai mendekati usia 40 dan karirnya tak lagi cemerlang, jatuh cinta kepada kapten Rusia berusia 23 tahun, Vladimir Maslov. Maslov adalah anggota Tentara Ekspedisi Rusia yang berkekuatan 50.000 personil. Pada musim semi 1916, Maslov dikirim ke Front Barat untuk melawan Jerman dan terluka parah. Mata Hari, sebagai warga dari negara yang netral, diizinkan mengunjunginya. Di front, Mata Hari betemu dengan George Ladoux, seorang perwira Deuxieme Bureau (Dinas Intelijen Militer Perancis). Ladoux memberinya tawaran 1 juta franc jika Mata Hari bersedia memikat Pangeran Wilhelm dan memberi informasi kepada Perancis terkait rencana perang Jerman. Pangeran Wilhelm adalah jenderal senior dalam Angkatan Perang Jerman di Front Barat. Dia juga putra Kaisar Wilhelm, yang menjadikannya pewaris tahta Kekaisaran Jerman.
Demi mendapatkan uang untuk membiayai pengobatan kekasihnya, Mata Hari menerima tawaran tersebut.
Kepada Ladoux, Mata Hari bersikeras menggunakan rencananya. Dia akan mendekati sang pangeran melalui koneksinya, mencuri rahasia militer lalu menyerahkannya kepada Perancis. Mata Hari kemudian melakukan perjalanan ke Madrid pada 1916 diaman dia bertemu dan berhasil menjalin hubungan dengan Mayor Arnold Kalle, seorang atase militer Jerman. Selama periode ini, Mata Hari membeberkan rahasia militer Perancis kepada sang atase. Tidak bisa dipastikan apakah tindakannya itu dia lakukan demi uang atau merupakan bagian dari rencananya untuk mendekati sang Putra Mahkota.
Pada Januari 1917, Mayor Kalle mengirim pesan ke Berlin, mendeskripsikan seorang mata-mata berkode sandi H-21. Pesan ini diintersepsi oleh dinas intelijen Perancis yang dengan segera mengidentifikasi H-21 sebagai Mata Hari.
Sebagian sejarawan meyakini, Mata Hari telah dijebak. Sejak awal, Jerman sudah curiga Mata Hari adalah mata-mata Perancis. Maka, mereka mengirim pesan ke Berlin dengan menggunakan kode yang sudah pernah dipecahkan oleh pihak Perancis. Dalam pesan itu, Mayor Kalle dengan gamblang menggambarkan biografi H-21, yang sangat cocok dengan sosok Mata Hari.
Pada Februari 1917, Mata Hari ditangkap di Hotel Elysee Palace di Paris. Dia dijebloskan ke dalam penjara Saint Lazare yang konon dipenuhi tikus. Kepada pejabat yang menginterogasinya, Mata Hari berkata bahwa dia bukanlah mata-mata, bahwa dia semata menjalani kehidupannya demi cinta dan kesenangan.
Pada 15 Oktober 1917, dia dihukum mati di hadapan regu tembak Perancis.
Konon, pada waktu menjalani hukuman mati, Mata Hari menolak ditutup matanya. Sebelum ajalnya, Mata Hari bahkan sempat "meniupkan" ciuman kepada para anggota regu tembak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar