Adalah novelis berkebangsaan Perancis, Alexandre Dumas, yang mempopulerkan dan mengabadikannya lewat novel karyanya L' Homme au Masque de Fer (The Man in the Iron Mask). Berdasarkan karya Dumas inilah, Hollywood kemudian memfilmkannya pada 1998, dibintangi aktor kawakan Leonardo Di Caprio, Jeremy Irons, John Malkovich, Gerard Depardieu.
Siapakah Pria Bertopeng Besi? Tindak kejahatan apa yang sudah dilakukannya sehingga menerima hukuman sekeji itu?
Adalah atas perintah Louis XIV, raja yang membangun Istana Versailles, identitas Pria Bertopeng Besi dikunci rapat-rapat, tak hanya kepada publik, pula kepada petugas pengadilan serta petugas penjara. Selama 30 tahun, pria itu hidup berpindah-pindah dari satu penjara ke penjara lain, sampai akhirnya dijebloskan ke Bastille dan menemui ajalnya di sana. Pada 1703, saat lelaki malang itu meninggal, perabotan dalam selnya dibakar, dinding-dinding penjara yang dipenuhi guratan ratapannya dicat ulang, topeng besinya dilelehkan dan mereka yang mengetahui identitasnya bersikukuh mengunci mulut rapat-rapat.
Rumor tentang Pria Bertopeng Besi meruyak di Perancis sebelum pecahnya revolusi. Meski pada saat itu kebanyakan rakyat Perancis buta huruf, toh mereka punya teori sendiri menyangkut identitas Pria Bertopeng Besi. Salah satu rumor menyebutkan dia adalah saudara kembar Louis XIV yang sengaja dipenjarakan agar Louis XIV bisa leluasa mengontrol kerajaan sebagai Raja Pilihan Langit. Teori lain menyebutkan bahwa lelaki itu adalah anak haram sang raja dengan seorang gadis petani, karena wajahnya teramat mirip dengan Louis XIV, maka dia pun dipenjarakan dan wajahnya ditutupi topeng besi.
Limapuluh tahun setelah kematian Pria Bertopeng Besi, barulah sejarawan berusaha menyelidiki identitasnya serta tindak kejahatannya. Pada 1753, sebuah jurnal milik Etienne du Jonca ditemukan di Paris. Du Jonca adalah seorang letnan pada masa Louis XIV. Dia mencatat, pada 1698, saat pria malang itu menghabiskan hampir 30 tahun dalam sekapan, Du Jonca dikirim ke Bastille sebagai utusan Raja.
"Pada hari Kamis, 18 September, pukul 3 dinihari, Monsieur Benigne de Saint Mars, Gubernur Chateau Bastille, datang dari Iles Saint Marguerite Pignerol, membawa seorang tahanan yang wajahnya ditutupi topeng dan namanya tidak disebutkan."
Du Jonca juga menulis, bahwa setelah kematian pria itu, pakaian dan perabotan yang digunakannya selama dalam sel dibakar secara "tergesa-gesa". Selain itu, pria itu dikuburkan dengan nama palsu Marchioly. Tidak seorang pun petugas penjara yang diperbolehkan melihat wajah di balik topeng saat jasad pria itu dipindahkan dari Bastille ke sebuah pemakaman di kota pada suatu malam yang teramat gelap.
Di Villeneuve, di wilayah Bourbonnais Perancis, petunjuk lain muncul. Menurut kesaksian seorang petani, Benigne de Saint Mars dalam perjalanannya membawa tahanan bertopeng besi, singgah sebentar di sebuah chateau miliknya untuk bersantap. Petani yang mengintip dari balik jendela rumahnya itu menggambarkan betapa ketatnya penjagaan terhadap tahanan, seolah-olah Saint Mars akan langsung menembaknya bila tahanan berupaya membuat kontak dengan pelayan di dalam chateau.
Sebelum pecahnya Revolusi Prancis 1789, diduga hanya Benigne de Saint Mars dan Louis XIV saja yang mengetahui identitas Pria Bertopeng Besi. Bahkan para penerus Louis XIV tidak mengetahui siapa pria itu--sampai raja terakhir Prancis, Louis XVI, berusaha menguak misteri ini atas permintaan isterinya, Marie Antoinette.
Ketika revolusi menggoncang Prancis, banyak kantor-kantor pemerintahan kerajaan yang dirusak atas perintah para pemimpin revolusi seperti Robespierre. Dalam aksi-aksi perusakan dan pembakaran, sebuah dokumen ditemukan di kantor Menteri Perang Kerajaan di Paris. Dokumen-dokumen itu menunjukkan bahwa selama bertahun-tahun, Saint Mars menjalin surat-menyurat dengan seorang perwira penjara bernama Louvois. Pada Juli 1669, Louvois menulis kepada Saint Mars.
"Raja (Louis XIV) memberi saya perintah untuk membawa tahanan bernama Eustache Dauger ke Pignerol. Sangatlah penting untuk menjaga tahanan secara rahasia serta tidak memberikan informasi tentang dirinya atau mengirim surat kepada siapapun (yang menceritakan tentang dirinya). Setiap hari, anda harus memberinya cukup makan dan tidak mendengarkan apapun yang dikatakannya. Anda harus waspada dan selalu siap membunuhnya jika dia membuka mulutnya dan mengucapkan hal-hal yang tidak sepantasnya."
Selain surat-surat de Mars dan Louivois, di kantor Menteri Perang Kerajaan juga ditemukan surat dari Louis XIV kepada gubernur penjara Prancis, Benigne de Saint Mars.
"Saya mengirim seorang (tahanan) ke benteng Pignerol, dibawah tanggungjawab Kapten de Vauroy, Sersan Mayor dari kota dan benteng Dunkirk. Pria itu bernama Eustache Dauger. Anda berkewajiban menahannya dan mencegahnya berkomunikasi dengan siapapun, baik lewat lisan maupun tulisan."
Penyelidikan terhadap jatidiri Eustache Dauger yang baru dilakukan pada abad 19, menunjukkan bahwa: dia salah seorang dari enam bersaudara. Empat saudaranya meninggal dalam perang. Dia berasal dari Dunkirk dan diyakini pernah menjadi anggota pasukan elit Pengawal Raja.
Berkat kedudukannya sebagai Pengawal Raja, Dauger berada di jantung kekuasaan. Dia memiliki hubungan dekat dengan Madame de Montespan, gundik kesayangan Louis XIV dan secara rahasia merupakan penganut sihir hitam. Kemungkinan besar, Dauger mengetahui kecenderungan de Montespan akan sihir sehingga ia terlibat dalam kesulitan. Louis XIV tentu saja tidak menginginkan Dauger berkoar-koar kepada publik tentang keyakinan sesat gundik kesayangannya, sehingga dia pun memenjarakannya, menutupi wajahnya dengan topeng besi, dan melarang siapapun berbicara dengannya.
Lantas, kenapa Louis XIV tidak memerintahkan Dauger dibunuh saja? Bukankah Louis adalah raja dengan kekuasaan absolut yang bisa memerintahkan pembunuhan semaunya?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar